Pendidikan ialah salah satu keperluan mutlak yg wajib dilaksanakan oleh tiap-tiap manusia dimulai dari jenjang basic, menengah sampai yg teratas. Di Indonesia sendiri memang lah telah diwajibkan pemerintah buat wajib pendidikan 12 thn, tapi tak ada arti pula apabila kualitas pendidikan & fasilitasnya tetap rendah atau adanya perbedaan. Keadaan geografis juga jadi salah satu factor penyebab yg menjadikan sebahagian daerah di Indonesia tertinggal oleh laju pembangunan & belum tersentuh pendidikan dengan cara pantas. Juga Sebagai misalnya mampu kita perhatikan dari perbedaan antara kualitas pendidikan di kota & di daerah terpencil, khususnya di Aceh.
Telah jadi rahasia umum jikalau perbedaan antara kalangan warga berdomisili di kota bersama yg di daerah terpencil. Daerah condong diliat sebelah mata, sedangkan di kota lebih dipuji. Penyebab mutlak atas terjadinya hal itu yakni pemerintah. Pemerintah yakni pengendali jalannya pendidikan di satu buah daerah. Bila pemerintahnya lalai dalam menangani, sehingga ‘kecelakaan’ dalam pendidikan dapat berjalan.
Kurangnya kepedulian pemerintah pada pendidikan buat masyarakat terpencil di Aceh, terutama di kalangan anak-anak & remaja bakal mengambil resiko jelek yg amat akbar utk ke depannya. Yg di kota makin maju pendidikannya sampai menciptakan sebuah perubahan, sedangkan di daerah terpencil tak mau berevolusi akibat tak stabilnya kualitas pendidikan sejak dini.
Berkata berkenaan perbedaan kualitas pendidikan antara di kota & di daerah amat sangat tampak mencolok, bahkan dunia pula tahu. Misalnya saja soal sarana media prasarana, tenaga kerja, ektrakurikuler & lain sebagainya. Juga Sebagai bandingannya katakan saja antara Banda Aceh dgn sekian banyak kepulauan di Aceh yg masihlah tertinggal.
Sungguh ironis jikalau menonton perkembangan pendidikan di kepulauan Aceh yg tetap terpelosok & terbatasnya alat prasarana pendidikan khususnya bagi kaum marginal di daerah tersebut. Amat tidak sedikit telah kekurangan di daerah tersebut terekspos fasilitas. Permasalahan pendidikan terhadap kasus yg telah terekspos itu biasanya mengalami keterbatasan dalam media prasana atau akses yg jadi basic mutlak munculnya satu buah system pendidikan. Tidak Serupa bersama keaadaan pendidikan di kota Banda Aceh yg amat sangat terfasilitasi, meski kualitas pendidikan belum sestabil daerah pusat bahkan luar negara. Tapi setidaknya ketidakterbatasan pendidikan di kota lebih enteng diatasi di bandingkan dgn kondisi daerah terpencil yg tetap amat penuh bersama kekurangan.
Diskriminasi layanan tersebut, tidak sedikit diantara anak-anak & remaja di daerah tersebut merasakan dirugikan. Mereka yg semestinya mempunyai periode depan yg cerah, malah tergusur demikian bahkan sejak dini mesti mengawali banting tulang buat mencukupi kepentingan keluarganya.
sayangnya serta mereka menatap pendidikan cuma sebelah mata. Mereka merasa bekerja lebih utama daripada pendidikan yg tak terang periode depannya. Tetapi seluruh itu tak keseluruhan salah mereka yg berada di daerah terpencil. Ini kembali lagi ke pihak pemerintahan yg masihlah molor dalam memperkuat pendidikan di daerah pelosok.
Memang Lah beraneka bisnis sudah dilakukan pemerintah Aceh, tapi masihlah tak terjadi tepat bersama kemauan. Perlu ketika yg cukup lama & strategi yg kokoh dari pemerintah buat membangun daerah yg tertindas terutama dibidang pendidikan juga sebagai hak kewajiban bagi seluruhnya rakyat Indonesia.
Pemerintah Aceh mesti memperhatikan standar fasilitas & prasarana yg ialah kepentingan penting pendidikan yg mesti tercukupi. Pastinya kelengkapan alat prasarana yg ada di sekolah-sekolah yg ada di wilayah terpencil. Standar alat & prasarana pendidikan yg dimaksudkan disini baik berkenaan jumlah, tipe, volume, luasan, & lain-lain serasi dgn jenis atau jenis sekolahnya masing-masing.
Bersama posisi wilayah & ekonomi yg rendah, jadi masalah bagi tenaga pengajar buat ingin mengabdi di sekolah-sekolah yg berada di daerah terpencil, itulah penyebab sedikitnya tenaga kerja pendidik. Elemen ini jadi penghambat dalam gerakan proses mencari ilmu mengajar. Selanjutnya susahnya akses berita masuk ke wilayah perbatasan, menyebabkan dengan cara mutu wawasan tenaga pendidik tak semaju tenaga-tenaga pendidik yg ada di perkotaan. Factor ini pula berakibat kepada rendahnya mutu siswa. Jumlah sekolah juga sarana lain serta mesti disesuaikan, biar tak jadi gangguan buat pelajar terpencil ataupun guru utk berangkat ke sekolah
Utk maksud tersebut, setidaknya ada 6 langkah yg mesti dilakukan oleh pemerintah. Mula-mula, membangun fasilitas & prasarana suporter pendidikan seperti gedung sekolah, perpustakaan, alat-alat praktek, ektrakurikuler utk mengembangkan bakat pelajar daerah, & bermacam alat menggali ilmu yang lain. Ke-2, meningkatkan kesejahteraan guru di daerah terpencil lewat penghasilan yg pantas & tunjangan lain. Ke-3, meningkatkan kulitas tenaga pengajar dgn mengirimkan guru-guru akbar buat mengadakan pelatihan. Keempat, membedakan kurikulum yg ada di kota dgn daerah terpencil benar benar mutlak. Kelima, mengunjungi wilayah pelosok guna berkampanye memberikan pencerahan terhadap warga bahwa pendidikan itu amat sangat berpengaruh agung kepada periode depan kelak. Keenam, pendidikan cuma-cuma & mengadakan acara beasiswa.
Metode atau kurikulum pendidikan yg tak tidak sama disaat ini masihlah sama rata di seluruhnya daerah di Indonesia. Itu pun ialah salah satu problem yg mesti diperhatikan pemerintah pusat & pemerintah Aceh. Kala ini ada kurikulum 2013 yg diterapkan oleh Kementrian & Kebudayaan teramat tak sesuai buat daerah terpencil. Ini yaitu PR pemerintah buat mengevaluasi ulang lebih jauh supaya tak memaksakan kurikulum tersebut terhadap daerah yg keadaan geografisnya berada jauh dari pusat kota.
Pendidikan yg serasi bagi warga terpencil yaitu pendidikan yg fleksibel dgn mengikuti kekhasan rutinitas istiadat mereka. Lebih cocok dikatakan yang merupakan pendidikan alternatif yg ranahnya sanggup formal, informal maupun nonformal. Metode yg diberikan pula metode yg tak menghilangkan adat positif mereka yg berasal dari akar rumput & adiluhung dengan cara turun-temurun. Trik yg diberikan dalam pendidikan alternatif yg diberikan bagi penduduk daerah terpencil yakni sentuhan yg tulus & khas sebab keikhlasan dalam membina warga daerah terpencil yakni factor penting yg mesti dipunyai oleh para pendidik yg bakal terjun ke sana.
Tidak Cuma adanya pendidik yg hebat, technologi sekarang ini serta adalah bidang terpenting yg tak boleh diabaikan pemerintah, baik itu technologi buat komunikasi ataupun utk pendidikan. Tapi technologi tersebut pun mesti dijaga penggunaannya supaya tak merusak moral, budaya & rutinitas istiadat maka tak berlangsung penyimpangan sosial.
Beraneka Ragam kategori technologi berita & komunikasi yg sedia bakal diperlukan utk pembelajaran jarak jauh & mandiri terutama utk daerah terpencil. Tujuannya supaya mereka lebih gampang membuka pendidikan umum atau formal yg pantas seperti yg didapatkan oleh rata-rata warga kota. Tetapi hingga waktu ini tetap belum kelihatan yg demikian mencolok dari pemerintah utk ganti itu seluruh.
Menjadi, angan-angan paling besar penduduk yg susah menjangkau pendidikan tinggi ketika ini ada kepada pemerintah buat langsung merealisasikan kesenjangan pendidikan antara di kota & di daerah terpencil. Dgn begitu ga ada lagi terdengar daerah yg tertinggal, keterbelakangan atau terindas. Seluruh manusia berwenang memperoleh pendidikan yg merata, baik pendidikan formal ataupun pendidikan informal. Yg terpenting janganlah cuma menyalahkan pemerintah konsisten menerus seakan pemerintah tak betanggung jawab atas faktor tersebut. Kita yang merupakan manusia yg peduli sesama & juga sebagai generasi penerus pun mesti berperan dalam mengatasinya, yakni dgn trik pengabdian penduduk ke daerah-daerah yg tertinggal sbg wujud sosialisasi pendidikan.
Kita butuh kepedulian yg mendalam buat mereka. Terkadang buat makan sehari-hari saja susah sekali. Pekerjaan kita yaitu membina & membimbing mereka biar jadi Sumber Daya Manusia yg berpendidikan & beradab, sampai mereka bermanfaat sebuah diwaktu kelak. Tidak Sedikit diantara mereka yg amat sangat berharap pendidikan seperti yg kita rasakan, bahkan potensi kita tak lebih agung dari kepada yg ada dalam diri terpendam mereka. Mudah-mudahan pemerintah beserta kita seluruhnya menyadari & membawa satu buah aksi demi meratanya pendidikan di Indonesia tidak dengan membedakan wujud geografisnya.